Jumat, 17 Desember 2010

JOGJA Istimewa

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOQiagBWX9fXwpv9WjBnuYviOv2B_CNFGg0YEJPUTAN8WUAQcRKMyJsx80J4AWx5WBWUc94bJWTwSILxwfUZCCSBv-NmfjWKoJXCGCWD7HVrIfFOViMz_m90bTp1egv8yz1QujdoeWdCTR/s320/tugu+jogja.jpg
        "Tugu pal putih"   D.I.Y  Yogyakarta 


JOGJA ISTIMEWA


Lirik Lagu Jogja Istimewa

Tambur wis ditabuh
Suling wis muni
Holopis kuntul baris
Ayo dadi siji
Bareng para prajurit lan senopati
Mukti utawa mati manunggal kawula Gusti
Menyerang tanpa pasukan
Menang tanpa merendahkan
Kesaktian tanpa ajian
Kekayaan tanpa kemewahan
Tenang bagai ombak
Gemuruh laksana Merapi....


Bagi Anda yang mau download lagu,a....
Klik disini

(Sumber : Kompas.com Keistimewaan Yogyakarta Rakyat Sudah Menabuh Tambur, Selasa, 14 Desember 2010 | 08:30 WIB).

Sobat saya, Mas irfan bachdim, tersenyum simpul membaca 'puisi/lirik' Jogja Istimewa tersebut. Mas irfan mencoba mencerna arti dan makna kata-kata tersebut. 'Ayo dadi siji' berarti mengajak kearah persatuan. Jangan terpecah belah. Jangan mau diadu domba. Bersatu kita teguh, bercerai kita jatuh. Jangan sampai NKRI terpecah belah. DIY bagian dari NKRI. Sesuai dengan sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia.

'Bareng para prajurit lan senopati' berarti terwujudnya kemanunggalan antara TNI-Polri dengan rakyat. Rakyat siap sedia membela tanah air dengan jiwa dan raga untuk Ibu Pertiwi. Rakyat Yogyakarta ikut berpartisipasi dalam upaya menjaga ketenteraman dan ketertiban. Memang Jogja Istimewa. Polri siap melayani dan mengayomi masyarakat. TNI-Polri yang kuat dan profesional menjadi idaman masyarakat.

'Mukti utawa mati manunggal kawula Gusti' dengan kata lain 'hidup mulia atau mati syahid'. Manusia adalah makhluk yang mulia. Hidup mulia dan terhormat di dunia ini menjadi tujuan utama. Pilihan lain adalah mati syahid. Membela bangsa, negara dan agama semata-mata karena Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Bukan karena ingin dipuji, bukan karena Jogja Istimewa, dan bukan karena ingin disebut pahlawan oleh rakyat.

'Menyerang tanpa pasukan' atau 'nglurug tanpa bala'. Menyerang tanpa membawa pasukan. Mendatangi 'lawan' tanpa mengerahkan massa atau pengikut. Anggota DPRD adalah wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif. Anggota DPRD DIY tidak mengerahkan massa untuk berdemo ke Jakarta. Tentunya cukup mengirimkan 'kurir' untuk menyampaikan sikap politik terkait RUU Keistimewaan Yogyakarta. Mempertahankan Jogja Istimewa dengan bijaksana.

'Menang tanpa merendahkan' atau 'menang tanpa ngasorake'. Inilah yang perlu dibangun dan ditumbuhkan dalam kehidupan berpolitik di tanah air. Berpolitik yang santun dan menjunjung tinggi etika dan adat ketimuran. Berpolitik yang dijiwai oleh budi pekerti luhur para pelakunya. Kemenangan yang diraih menuju Jogja Istimewa dapat diterima semua pihak. Tidak ada dendam dan benci. Kehidupan politik yang dijiwai dasar negara Pancasila.

'Kesaktian tanpa ajian' atau 'sakti tanpa aji'. Apakah orang yang tidak mempan dibacok, ditembak dan dilukai adalah orang sakti ? Apakah orang yang dapat berjalan diatas air, api dan terbang di udara adalah orang sakti ? Orang yang menjalankan amanat rakyat dengan jujur itulah orang sakti tanpa aji. Orang menjalankan sumpah jabatan dengan lurus dan tidak melenceng itulah orang sakti tanpa aji. Sukses Jogja Istimewa akankah mendapat dukungan orang sakti tanpa aji ?.

'Kekayaan tanpa kemewahan'. Walaupun kaya raya namun pola hidupnya sederhana. Masih banyak orang lain yang hidupnya serba kekurangan dan menderita. Sebagian kekayaannya digunakan untuk membantu fakir miskin, anak yatim piatu, lembaga pendidikan, dan lembaga keagamaan. Indonesia negeri yang kaya raya. Kekayaan alamnya melimpah. Rakyatnya banyak yang hidup sederhana. Kekayaan hati untuk mendukung Jogja Istimewa.

'Tenang bagai ombak'. Tetap tenang menghadapi masalah. Mengedepankan pikiran yang jernih dalam menghadapi masalah. Tidak emosional dalam menghadapi 'lawan politik' yang berseberangan dalam masalah Jogja Istimewa. Teguh dan lurus dalam memegang UUD 1945 dan Pancasila. Mau menyerap aspirasi masyarakat. Mau mendengar dan menghargai pendapat orang lain. Tegas dan kuat kemauannya dalam menegakkan hukum dan keadilan di negeri ini.

'Gemuruh laksana Merapi'. Yogyakarta kota budaya, kota wisata dan kota pelajar selama ini adem ayem dan tenteram. Teduh dan damai. Tenang dan bersahabat. Namun kini suaranya 'bergemuruh laksana Merapi' memenuhi bumi Nusantara ketika konsep Jogja Istimewa didengungkan Pemerintahan Presiden SBY. Akankah gejolak ini berakhir dengan damai atau malapetaka ? Semoga dengung Jogja Istimewa berakhir dengan indah dan damai... amiennn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar